PRODUKSI DAN BERAT TELUR PADA AWAL SIKLUS PERTAMA
Laboratorium Produksi Ternak Unggas Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin 90245
Abstrak
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui tingkat dan karakteristik produksi dan berat telur pada awal siklus pertama, dengan menghitung HDP (Hen Day Production), HHP (Hen House Production), dan Egg Mash ( Massa Telur). Sebanyak 500 ekor ayam petelur strain Lohmann Brown dengan umur 35 minggu, ditempatkan dalam kandang tipe baterai dengan ukuran 30x40x30 cm, pakan 110-120 gr/e/hari dengan nilai nutrisi protein 18% dan energi metabolik 2800 kkal/kg serta pemberian cahaya selama 16 jam/hari. Hasil praktikum menunjukan terjadinya kenaikan produksi telur (HHP dan HDP) serta terjadi pertambahan berat telur dan kenaikan egg mass seiring dengan pertambahan umur ayam. Kesimpulan yang diperoleh bahwa nilai HDP dan HHP mengalami kenaikan seiring pertambahan umur ayam. Sementara berat telur semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan ayam, dan nilai egg mash tergantung dari persentase produksi telur harian dan berat telur.
Kata kunci : Ayam petelur, Produksi ayam petelur, Lohmann Brown.
PENDAHULUAN
Di Indonesia, terdapat beberapa peternakan ayam petelur yang belum melakukan praktek manajemen dan pengelolaan yang baik, misalnya belum teraturnya sistem recording (pencatatan). Sehingga kita tidak bisa dengan cepat memantau perkembangan produksi mingguan. Bahkan apabila sistem recording ini dilakukan dengan sedikit menerapkan kemampuan dan pengetahuan komputer maka tidak mustahil perkembangan harian produksi ayam petelur dapat dipantau dengan baik. Dengan melakukan recording yang baik maka peternak dapat memantau %HDP (Hen Day Production), %HHP (Hen House Production), Egg mash (Massa Telur), Egg Weight (Berat Telur) yang akan dibandingkan dengan standar produksi dari ayam petelur tersebut.
Memasuki fase pra-layer maka pakan yang diberikan harus sesuai yaitu protein minimal harus 17% dengan energi minimal 2700 kkal. Energi disini lebih rendah dimaksudkan agar tidak terjadi kelebihan panas dalam tubuh maupun di saluran reproduksi. Pada fase ini diharapkan adanya peningkatan asam amino. Dengan tercukupinya kebutuhan asam amino maka ayam akan bertelur tepat waktu dan dapat mencapai puncak produksinya sesuai dengan standar yang dikeluarkan dari perusahaan pembibitan ayam. Salah satu permasalahan yang sering dihadapi dalam peternakan ayam petelur adalah adanya perbedaan kualitas dan kuantitas produksi telur pada ayam yang telah memasuki fase awal dari suatu siklus produksi sehingga harus ditemukan penyebab dan faktor yang mempengaruhi hal tersebut. Permasalahan ini biasanya terjadi karna adanya ketidakseragaman pada ayam baik dari segi berat badan, maupun jumlah konsumsi pakan/ekor/hari.
METODOLOGI PRAKTIKUM
Praktikum Produksi Unggas mengenai Produksi dan Berat Telur, dilaksanakan pada hari Selasa 28 september – Sabtu 02 oktober 2010, setiap pagi dan sore hari, di Laboratorium Produksi Unggas Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar. Ayam yang digunakan adalah ayam ras petelur strain Lohhman brown sebanyak 500 ekor di awal periode pertama. Ayam ditempatkan dalam kandang tipe baterai yang diisi 2 ekor ayam dengan ukuran 30x40x30 cm. Penambahan cahaya dilakukan sebanyak 4 jam pada sore hari sehingga total pemberian cahaya adalah 16 jam. Pemberian pakan dilakukan dua kali pada pagi dan sore hari sebanyak 110-120 gr/e/hari.ransum yang diberikan terdiri dari jagung, konsentrat dan dedak. Sedangkan air minum diberikan secara add libitum (terus menerus). Data kebutuhan nutrisi pakan untuk ayam ras petelur strain Lohmann Brown dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1.Kebutuhan nutrisi pakan ayam ras petelur fase layer
Bahan | Protein (%) | Em (Kkal/kg) | Konsentrasi (%) |
Jagung | 9 | 3340 | 50 |
Dedak | 12 | 1630 | 17 |
Konsentrat | 35 | 2500 | 33 |
Jumlah | 18 | 2575 | 100 |
Parameter yang diukur adalah hen day production (HDP), hen house production (HHP), berat telur dan egg mass.pengambilan data didasarkan pada jumlah telur dan berat telur harian kemudian data disajikan dalam bentuk grafik.
Produksi Telur
HDP = x 100%
Jumlah Ayam
Produksi Telur
HHP = x 100%
Jumlah Ayam Awal Produksi
Egg Mash = HDP x Berat Telur
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan Praktikum yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Produksi telur.
Berdasarkan data yang diperoleh tentang produksi telur ayam pada umur muda atau awal periode pertama yang diamati, dapat dilihat pada Gambar 1:
Gambar 1. Produksi telur pada periode pertama
Berdasarkan gambar 1, maka diketahui bahwa nilai HDP diperoleh dari perbandingan jumlah produksi telur dengan jumlah ayam dalam kandang sementara nilai HHP diperoleh dari perbandingan jumlah produksi telur dengan jumlah ayam pada awal produksi. Perhitungan HHP dan HDP sangat penting dalam menentukan tingkat keuntungan dan efesiensi usaha suatu peternakan ayam petelur. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudarmono (2009) yang menyatakan bahwa HH (hen house) dan HD (hen day) bertujuan untuk mengetahui tingkat produksi yang dihasilkan tiap hari sehingga dapat dibandingkan dengan produksi sebelumnya.
Berdasarkan gambar 1, maka terlihat nilai dari HHP dan HDP mengalami kenaikan mulai dari umur 19 - 24 minggu dan kenaikannya telah stabil atau mencapai titik puncak pada umur 25 – 34 minggu, disebabkan karena tingkat produksi ayam meningkat pada awal siklus pertama. Ayam yang berproduksi pada awal siklus pertama produksi telur akan meningkat sampai mencapai titik puncak. Namun dapat dilihat pada gambar 1 bahwa kenaikan HDP dan HHP tidak sesuai dengan standar yang ada, hal ini disebabkan karena faktor ketidakseragaman berat badan ayam. Jika berat badan ayam seragam, maka pertumbuhan dan dewasa kelaminnya akan seragam, sehingga nantinya ayam akan seragam bertelur . Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (1991) yang menyatakan bahwa waktu awal bertelur pada ayam erat sekali kaitannya dengan umur kedewasaannya. Ayam tidak akan bertelur sebelum dewasa kelamin atau cukup usia.
Pertumbuhan ayam yang seragam, salah satunya dipengaruhi oleh konsumsi pakan/ekor/hari. Jika diinginkan pertumbuhan yang optimal, maka dibutuhkan pakan yang berkualitas. Hal ini sesuai dengan Tilman dkk (1983) bahwa pertumbuhan erat hubungannya dengan konsumsi makanan yang mencerminkan pula konsumsi gizinya, sehingga untuk mencapai perkembangan dan pertumbuhan yang optimal, dibutuhkan sejumlah zat-zat makanan yang bermutu baik kualitas maupun kuantitasnya.
Berat Telur dan Massa Telur
Berikut merupakan grafik yang menggambarkan persentase berat telur dan massa telur (egg mass).
Berdasarkan Gambar 2 terlihat bahwa pada minggu 19 – 34 berat telur mengalami peningkatan seiring dengan pertambahan umur dari ayam petelur, semakin bertambah umur ayam maka semakin tinggi berat telur yang dihasilkan, namun peningkatan tersebut tidak sesuai standar yang telah ditentukan. Salah satu penyebabnya dipengaruhi oleh faktor pakan. Hal ini sesuai dengan Jurnal Nirwana (2008) bahwa selama minggu ke-16 sampai puncak produksi harus ada kenaikan pakan, apabila standar konsumsi pakan tidak tercapai, maka perlu dilakukan pemeriksaan terhadap ventilasi, sirkulasi udara, temperature, penerangan, dan kesehatan ayam.
Egg mass merupakan hasil perkalian antara persentase produksi telur harian dengan berat telur yang menunjukan tingkat efesiensi dari produksi untuk tiap hari. Pada Gambar 2 menunjukan bahwa semakin tinggi berat telur maka semakin tinggi pula nilai egg massnya, disebabkan oleh persentasi produksi telur harian (HDP) semakin meningkat pada awal siklus pertama berproduksi. Hal ini sesuai dengan pendapat Kartasudjana (2006) yang menyatakan bahwa nilai egg mass tergantung dari persentase produksi telur harian dan berat telur. Apabila egg mass meningkat maka produksi telur meningkat pula sebaliknya egg mass turun produksi telur menurun. Lebih lanjut ditambahkan oleh Amrullah (2004) yang menjelaskan bahwa penggunaan massa telur (egg mass) dibandingkan jumlah telur merupakan cara menyatakan perbandingan kemampuan produksi antar kelompok atau galur unggas oleh akibat pemberian makanan dan program pengelolaan yang lebih baik.
KESIMPULAN
Berdasarkan Praktikum yang telah dilaksanakannya maka dapat disimpulakan bahwa nilai HDP dan HHP mengalami kenaikan seiring dengan pertambahan umur ayam. Namun, tidak sesuai standar yang ada. Salah satu faktornya adalah ketidakseragaman berat badan ayam. Sementara berat telur semakin meningkat seiring dengan pertambahan umur ayam dan nilai egg mass tergantung dari persentase produksi telur harian dan berat telur.
DAFTAR PUSTAKA
Amrullah, I.K. 2004.Nutrisi Ayam Petelur. Penebar Swadaya. Jakarta.
Nirwana, 2008. Pengaruh Strain dan Jenis Konsentrat Terhadap Produktivitas
Ayam Ras Petelur Fase Layer. Hal 9.
Rasyaf. M, 1991. Pengelolaan Produksi Telur. Penerbit Kanisius, IPB. Bogor
(diaksestanggal 4 Oktober 2010)
Suprijatna, E. 2005.Ilmu Dasar Ternak Unggas.Penebar Swadaya. Jakarta
Tilman , D. A., H. Hartadi, S. Prawiro dan Lebdosoekodjo. 1989. Ilmu Makanan Ternak
Dasar. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.