Pengembangan Kelompok Tani
Sebagian besar kelompok yang terbentuk sekarang ini kenyataannya merupakan bagian dalam pengembangan masyarakat yang dirancang untuk mengakses proyek. Sehingga sulit dipisahkan apakah kelompok masyarakat itu timbul dari motivasi masyarakat sendiri ataukah terbentuk karena proyek. Kelompok yang dibentuk karena adanya proyek, tidak akan mengakar di masyarakat. Oleh karena itu, ketika proyek selesai kelompokpun bubar. Demikian pula halnya dengan kelompok-kelompok yang dibentuk oleh masyarakat untuk mendapatkan bantuan, ketika bantuan tak kunjung datang maka aktifitas semakin surut dan akhirnya menghilang. Untuk menyikapi hal ini, maka dikembangkan Pendekatan Pengembangan Kelompok yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menghadapi berbagai permasalahan dan kebutuhannya. Kerapkali timbul pertanyaan, mengapa menggunakan pendekatan berkelompok untuk suatu program pemberdayaan masyarakat? (http:// www.deliveri.org/guidelines/how/hm_8/hm_8_1i.htm).
Dari sisi lembaga, terbatasnya kesanggupan lembaga untuk mendampingi seluruh masyarakat desa, melalui kelompoklah lembaga mencoba melakukan pendekatan pengembangan masyarakat, dengan harapan hasil-hasil yang positif dapat disebar luaskan ke anggota masyarakat lainnya. (http:// www.deliveri.org/guidelines/how/hm_8/hm_8_1i.htm).
Kelompok dapat diartikan sebagai suatu wadah masyarakat untuk berkumpul dan bekerjasama dalam mencapai tujuan mereka. Pengembangan Kelompok merupakan serangkaian proses kegiatan memampukan / memberdayakan kumpulan anggota masyarakat yang mempunyai tujuan bersama. Proses Pengembangan Kelompok dimulai dari proses pengenalan akan program, berlanjut pada Kajian Keadaan Pedesaan secara Partisipatif dan diperkuat ketika masyarakat merasa mereka perlu berbagi tugas dan tanggung jawab dalam melakukan kegiatan yang dibutuhkan untuk menjawab permasalahan yang mereka hadapi. (http:// www.deliveri.org/guidelines/how/hm_8/hm_8_1i.htm).
Masyarakat Indonesia sejak dulu sudah terbiasa bekerja berkelompok dengan bentuk yang sesuai dengan budaya dan kondisi lokal yang ada. Paguyuban tari di Jawa Barat, Sekaa semal di Bali dimana masyarakat berkelompok untuk memberantas hama tupai, Mapalus di Minahasa dimana masyarakat bekerja gotong royong di kebun orang, kelompok pengajian dan sebagainya. (http:// www.deliveri.org/guidelines/how/hm_8/hm_8_1i.htm).
Dari sisi masyarakat, dengan berkelompok akan lebih mudah mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan, dibandingkan dengan bekerja sendiri. Lagipula, kelompok merupakan wadah belajar bersama dimana masyarakat bisa saling bertukar pengalaman dan pengetahuan. Selain itu, kelompok membangun solidaritas sesama warga desa. Aspek penting yang perlu diperhatikan dalam pendekatan pengembangan kelompok :
- Keanggotaan tidak terikat oleh jumlah.
- Perlu memperhatikan keterlibatan kaum perempuan
- Berpihak pada mereka yang miskin sumberdaya, tidak berpendidikan dan 'kelompok terabaikan' lainnya.
- Orientasi kegiatan berdasarkan kebutuhan; bukan ditentukan komoditasnya oleh pihak luar
- Aspek keswadayaan tercermin dalam setiap kegiatan, termasuk pembiayaan
- Kelompok sebagai pelaku utama pengambilan keputusan
- Demokratis, terbuka / transparan
- Berwawasan lingkungan dan budaya
- Mengoptimalkan sumberdaya lokal
- Peran masyarakat semakin meningkat, peran pendamping semakin berkurang (http:// www.deliveri.org/guidelines/how/hm_8/hm_8_1i.htm)