Sejarah Terapi Kedelai
Pada bulan Februari 1994, sebanyak 250 ilmuwan, ahli gizi,dan perawat kesehatan profesional berkumpul di Mesa, Arizona untuk mendengarkan penemuan terbaru dalam pencegahan dan penanganan penyakit kanker dan bahaya kelebihan kadar kolesterol. Kelompok ini terdiri atas para peneliti dari Hirosaki University School of Medicine di Jepang, University of Helsinki di Filandia, dan University of Milan di Italia. Mereka bergabung dengan rekan-rekan seprofesi dari organisasi-organisasi peneliti utama Amerika Serikat, termasuk National Cancer Institute dan Harvard School of Public Health. Para spesialis jantung melaporkan sebuah langkah awal perawatan untuk menurunkan kadar kolesterol yang tidak kalah efektifnya dengan obat-obatan. Pendekatan baru ini memiliki kelebihan karena tanpa efek samping dan tidak berbahaya bagi kesehatan pasien. Para peneliti kanker membahas sebuah senyawa kimia yang dapat melemahkan enzim-enzim yang merangsang perkembangan tumor dan dapat melemahkan hormon-hormon potensial penyebab penyakit kanker serta dapat menetralisir sel-sel kanker. Yang menarik dari konferensi ini adalah mereka tidak membahas obat-obatan mutakhir atau modern ataupun zat kimia yang sangat langka. Sebaliknya, mereka membahas salah satu bahan makanan yang selama ini telah diproduksi dalam jumlah yang sangat besar di Amerika Serikat dan makanan ini tidak mahal dan tersedia di hampir semua pasar swalayan atau pasar tradisonal. Sesungguhnya, mereka membicarakan tentang kedelai dan produk-produk yang dihasilkan dari bahan makanan ini.
Pada tahun 1999, Food and Drug Administration (FDA) U.S menyetujui bahwa “mengkonsumsi 25 grm protein kedelai perhari sebagai bagian dalam diet yang mana rendah akan lemak jenuh dan kolesterol, dapat menurunkan resiko penyakit jantung (Food and Drug Administration, 1999), dan pada tahun berikutnya American Heart Association mengesahkan pengkonsumsian bahan pangan kedelai bagi seseorang yang bertingkat kolesterol tinggi (Erdman JW, 2000).
Akhir-akhir ini, para ilmuwan berhasil memisahkan senyawa-senyawa kimiawi dalam tanaman kedelai yang dinamakan ‘phytochemicals” yang ternyata mampu mencegah berbagai penyakit dengan cara-cara yang beraneka ragam. Beberapa diantaranya dapat menurunkan kadar kolesterol sehingga dapat mencegah atau mengurangi resiko terserang penyakit jantung. Sementara itu, zat lainnya juga dapat melemahkan “carcinogens” (zat-zat penyebab penyakit kanker) atau menciptakan sistem kekebalan yang mampu meningkatkan kemampuan tubuh dalam melawan serangan atau infeksi suatu penyakit.