ZAMAN KERAJAAN-KERAJAAN TUA
Di zaman kerajaan-kerajaan tua di Indonesia usaha peternakan belum banyak di ketahui. Beberapa petunjuk tentangmamfaat ternak di zaman itu serta perhatian pemerintah kerajaan terhadap bidang peternakan telah muncul dalam berbagai tulisan prasasti atau dalam kitab-kitab cina kuno yang diteliti dan dikemukakan oleh para ahli sejarah. Sangat menarik apa yang dikatakan oleh para ahli sejarah tentang kegunaan ternak di zaman kerajaan-kerajaan Taruma Negara, Sriwijaya, Mataram, Kediri, Sunda, Bali dan Majapahit. Ternak di zaman kerajaan-kerajaan tua ini telah memilki tiga peranan penting dalam masyarakat dan penduduk, uaitu sebagai perlambang status social, misalnya sebagai hadiah Raja kepada penduduk atau pejabat yang berjasa kepada raja. Peranan kedua adalah sebagai barang niaga atau komoditi ekonomi yang sudah diperdagangkan atau dibarter dengan kebutuhan hidup yang lainnya. Dan peranan ketiga adalah sebagai tenaga pembantu manusia baik untuk bidang pertanian maupun untuk bidang transportasi.
Tarumanegara
Kerajaan yang berpusat di jawa barat ini telah member perhatian terhadap ternak, terutama ternak besar. Hal ini terdapat pada prasasti batu. Pada upacara pembukaan saluran Gomati yang dibuat sepanjang sebelas kilometre, Raja Purnawarman yang memerintah Tarumanegara dimasa itu telah menghadiahkan seribu ekor sapi kepada kaum Brahmana dan para tamu kerajaan.
Sriwijaya
Salah satu kegemaran penduduk Sriwijaya adalah permainan adu ayam. Oleh karena itu ternak ayam sudah mendapat perhatian. Disamping itu ternak babi juga banyak dipelihara oleh penduduk. Sebagaimana kita tahu bahwa kerjaan Sriwijaya sangat luas daerah kekuasaanya dimasa itu. Terdapat petunjuk bahwa ternak kerbau dan kuda sudah diternakkan diseluruh kerajaan Sriwijaya. Ternak sapi baru terbatas di pulau Jawa, Sumatra dan Bali.
Mataram
Ternak sapid an kerbau adalah dua jenis ternak besar yang memperoleh perhatian raja-raja Mataram pada abadke VIII Masehi. Kedua jenis ternak ini memilki hubungan erat dengan pertanian, disamping perlambang status. Pada tulisan prasasti Dinaya diceritakan bahwa diwaktu peresmian sebuah area didesa Kanjuruhan dalam tahun 760 SM, Raja Gayana yang memerintah Kerajaan Mataram dimasa itu telah menghadiahkan tanah, sapi, dan kerbau kepada para tamu kerajaan dan kepada kaum Brahmana. Terlihat disini, bahwa hadiah kerajaan dalam bentuk ternak, memiliki kesamaan dengan apa yang dilakukan oleh raja Purnawarman dari kerajaan Tarumanegara.
Kediri
Kediri adalah suatu kerajaan yang rakyatnya makmur dan sejahtera, karena kerajaan ini telah memajukan berbagai bidang kehidupan termasuk peternakan. Hal ini terdapat di dalam kitab Cina Ling-wai-tai-ta yang disusun oleh Chou-K’u-fei dalam tahun 1178 M. dikatakan bahwa rakyat kerajaan Kediri hidup dalam kemakmuran dan kesejahteraan karena pemerintah kerajaan memperhatikan dan memajukan bidang pertanian, peternakan, perdagangan dan penegakan hokum.
Sunda
Dimasa kerajaan sunda, kita mulai mengetahui adanya tataniaga ternak. Hal ini disebabkan berkembangnya 6 kota pelabuha di daerah kekuasaan Kerajaan Sunda, yaitu : Bantam, Pontang, Cigede, Tamgara, Kalapa dan Cimanuk. Hasil pertanian termasuk peternakan sangat ramai diperdagangkan dikota-kota pelabuhan ini.
Semua ini diceritakan dalam buku petualang Portugis, tome Pires. Dikatakan bahwa kemakmuran kerajaan Sunda terlihat dari hasil pertanian yang diperdagangkan dikota-kota pelabuhan, meliputi : lada, sayur-mayur, sapi ,kambing, domba, babi, tuak dan buah-buahan.
Karena kerajaan sunda juga memajukan kesenian dan permainan rakyat di waktu itu, maka terdapat petunjuk bahwa permainan rakyat adu-domba telah berkembang dizaman kerajaan sunda.
Bali
Di zaman kerajaan Bali, kita mulai mengetahui adanya penggunaan tanah penggembalaan ternak atau tanah pangonan. Rakyat kerajaan Bali di zaman pemerintahan raja Anak Wungsu ( 1049-1077 M), memohon kepada raja untuk dapat menggunakan tanah milik raja bagi tempat penggembalaan ternak, karena tanah milik mereka tak dapat lagi menampung ternak yang berkembang begitu banyak. Semua jenis ternak yang telah diternakkan oleh penduduk kerajaan Bali. Yaitu : kambing, kerbau, sapi, babi, kuda, itik, ayam dan anjing. Raja anak wungsu mengangkat petugas kerajaan untuk mengurus ternak kuda milik kerajaan (Senapati Asba ) dan petugas urusan perburuan hewan (Nayakan).
Dimasa kerajaan Bali inilah ternak Sapi Bali yang sangat terkenal dewasa ini, mulai berkembang dengan baik.
Majapajit
Di zaman kerajaan Majapahit kuta mulai diperkenalkan dengan teknologi Luku yang ditarik sapid an kerbau. Penggunaan tenaga ternak sebagai tenaga tarik pedati dan gerobak meliputi ternak kuda, sapid an kerbau. Hasil pertanian melimpah sehingga rakyat Majapahit hidup makmur dibawah pemerintahan raja Hayam Wuruk dan Maha Patih Gajah Mada.
Kerajaan-kerajaan di Pulau Sumatera, jawa, Bali, Lombok dan Sumbawa, yang berada di bawah kekuasaan majapahit juga meniru teknik pertanian sawah dengan penggunaan tenaga ternak dari kerjaan majapahit. Namun penggunaan ternak sebagai tenaga tarik sudah meluas keseluruh daerah kekuasaan majapahit lainnya di Nusantara.
Menjelang berakhirnya kerajaan Majapahit belum mendapat petunjuk bahwa teknologi luku dengan ternak sapid an kerbau sebagai tenaga tarik sudah masuk ke Kalimantan, Sulawesi dan kepulauan di Indonesia bagian timur lainnya. Maka dapatlah disimpulkan bahwa teknologi sawah dengan sapid an kerbau sebagai penarik luku baru sempat disebarkan di pulau-pulau Sumatra, Jawa, Bali, Lombok dan Sumbawa di Zaman Majapahit.
Disamping penggunaan ternak dalam bidang pertanian, ternak gajah dan sapi adalah ternak “kebesaran”, karena raja-raja Majapahit bila keluar istana dengan naik gajah kehormatan atau naik kereta kerajaan yang ditarik sapi, seperti yang ditulis dalam berita-berita Cina. Dengan demikian dapatlah dikatakan juga bahwa kereta kerajaan dengan kuda sebgai ternak tarik baru muncul pada kerajaan-kerajaan setelah zaman Majapahit.