Wednesday, April 6, 2011

Ma Yan Perjuangan dan Mimpi Gadis Kecil




Judul Buku: Ma Yan; Perjuangan dan Mimpi Gadis Kecil Miskin di Pedalaman China untuk Meraih Pendidikan
Penulis: Sanie B. Kuncoro
Penerbit: Bentang
Tebal buku: viii + 214 Halaman
Cetakan: 2009



Terlahir sebagai anak tertua di keluarga miskin yang tinggal di Zhangjiashu, China. Ma Yan harus rela mengendarai nasib dengan pikulan yang berat. Saking miskinnya daerah terpencil tersebut, beberapa keluarga di sana hanya berpenghasilan 120 Yuan atau sekira USD15 setahun sementara rata-rata nasional China adalah 6.000 yuan. Bahkan, Shanghai dapat mencapai 33.000 Yuan. Data statistik ini bukanlah data zaman kuno dulu tetapi realitas yang terjadi di abad 20-an. Fenomena yang menunjukkan bahwa ekspansi perekonomian China yang menggurita belum menetes hingga daerah-daerah terpencil.

Namun, berbekal gendongan semangat yang tak luntur Ma Yan tidak membiarkan garis takdir untuk semena-mena menghalangi keinginananya untuk meraih ilmu. Tidak hanya harus menahan lapar hingga seminggu lamanya untuk mendapatkan pena seharga 2 yuan. Ma Yan juga berani mengambil risiko besar kaki bengkak hebat akibat berjalan kaki selama lima jam karena tidak adanya uang untuk naik traktor ke sekolah.

Padahal, biaya angkutan hanya satu yuan, hal yang tak sebanding dengan rintangan yang harus dihadapi di tengah jalan. Tidak hanya hadangan ular berbisa, tetapi juga para penyamun kelaparan yang tega merampas apa saja yang dibawanya. Meski hanya alat tulis atau beberapa potong roti kukus. Sungguh kemiskinan membuat Ma Yan rela berjalan kaki kesekolah memetik khazanah ilmu, mereguk nikmatnya pengetahuan, membasahi dahaga keingintahuan. Untuk melepaskan diri dari cengkeraman kemiskinan yang melilit.

Hanya segepok keyakinan bahwa pendidikan adalah alternatif terbaik guna melepaskan diri dari takdir kemiskinan, bahwa pendidikan adalah sebuah pintu yang membuka jalan terang untuk masa depan yang cerah daripada sekadar menjadi peladang dan buruh tanpa kepastian. Ia jalani semuanya agar mata rantai kemiskinan yang mendarah daging dan sepertinya menjadi warisan dari generasi pendahulunya itu enyah.  

Untaian tekad yang membara menyala bermekaran membuatnya mempunyai berlaksa keberanian menentang kebiasaan tradisi yang melingkupi. Sebuah tradisi di mana, anak lelaki yang mendapat prioritas utama mengecap pendidikan tinggi. Ma Yan berontak dengan keras ketika ibunya hendak mengambil haknya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi lebih mendahulukan adik-adiknya yang notebene lelaki. Inisiatif sang Ibu yang harus realistis dengan keuangan keluarga yang tidak lagi sanggup membiayai sekolahnya hanya karena Ma Yan perempuan.

“Ibu, Kumohon jangan hentikan langkahku. Aku akan tetap bersekolah, aku harus terus bersekolah! Lakukan sesuatu Ibu, sehingga aku bisa tetap meneruskan sekolah. Lakukan apa saja, Ibu, meski itu harus mengosongkan mangku nasiku…” rintihannya dalam surat untuk sang Ibu. Mengetuk hati nurani Ibunya bahwa jalur penderitaan yang dialaminya tidak boleh terulang untuk anak-anaknya, tak terkecuali Ma Yan, apalagi ia menunjukkan kesungguhan  dalam belajar yang begitu sempurna.

Tidak ada jalan lain bagi sang Ibu yang juga dibalut tekad dan keyakinan untuk mencarikan jalan keluar bagi Ma Yan untuk terus bersekolah. Walau harus berminggu-minggu mencari sekeping yuan di tengah gurun pasir memanen fa cai. Pengorbanan Ibunya yang sebanding dengan kerja keras Ma Yan untuk menjadi yang terbaik di sekolah dengan prestasi tertinggi.

Tekad, keyakinan, semangat, ketekunan dan keberanian seakan menyatu dalam luruh lembar demi lembar novel yang diangkat dari kisah nyata perjuangan seorang gadis kecil miskin di pedalaman China untuk meraih pendidikan. Membaca karya  Sanie B Kuncoro, saya teringat bagaimana  perjalanan Ikal dan Arai menjumput impiannya seperti tertulis dalam Novel kedua Tetralogi Laskar Pelangi “Sang Pemimpi” hanya setitik mimpilah yang selalu menghidupkan jalan terjal mereka yang hidup menyesakkan dan miskin. Hidup yang penuh ironi ditengah kekayaan pulau timah Belitong. ”biar kau tahu, kal, orang seperti kita tak punya apa-apa kecuali semangat dan mimpi, dan kita akan bertempur habis-habisan demi mimpi-mimpi itu” (Hal 153). Mimpi untuk bisa menjelajahi kemegahan Eropa sampai ke Afrika. Menemukan berliannya budaya sampai Prancis, melangkahkan kaki diatas altar suci almamater universitas Sorbonne mengikuti jejak Sartre, Voltaire, Montesquieu” teriak Arai dengan Lantang (Hal 73).

Mimpi-mimpi yang mengendus kuat dalam sanubari, tertanam dalam jiwa, melintasi setiap imajinasi yang hidup. Mimpi yang tak padam walau hujan menimpa. Mimpi yang lekang dengan tekad baja. Mimpi-mimpi yang dilambari tekad kuat yang menyembul dari ketidakmampuan dan kekalahan orang-orang miskin.

Dimana perjuangan untuk mendapatkanya membuat para pelaku akan mengerti makna hakiki tentang hidup yang sukar atau hidup yang bahagia. Bahwa banyak hal yang tidak mudah dalam hidup ini. Bahwa banyak hal yang tidak semua yang kita inginkan akan tersedia dengan gratis tanpa perjuangan dan pengorbanan. Bahwa apa yang kita peroleh sering kali menyimpan mega perjuangan panjang yang tak ternilai, rumit, melelahkan, kadang berlinang airmata, bahwa itu semua tidak serupa dengan apa yang kita inginkan. Dan yang paling penting setiap cita-cita yang kita capai harus ditempuh dengan ketekuan dan keberanian. Bahwa tidak ada cita-cita yang mudah tercapai, sesederhananya impian itu. Semua butuh jangkar perjalanan yang berliku. Sepenggal kehidupan mencapai mimpi adalah perjalanan yang bukan tiba-tiba jadi. Tidak ada yang instan, sekali jadi, semua butuh proses.

Buku ini, mengantarkan pesan mulia bagaimana hidup yang mulia, bermartabat penuh keagungan diraih. Bukan dengan jalan pintas, apalagi mengupayakan dengan segala cara, meraihnya dengan korupsi, menipu atau mencuri. Melainkan dengan laku yang jujur, ikhlas, dan berusaha yang sungguh-sungguh, niscaya hasil yang memuaskan akan kita raih diujungnya nanti. Sesusah apapun, bila kita mau jalan pasti terlentang bagi yang mau berusaha mencari.

Ahan Syahrul
Pegiat pada Komunitas Rumah Baca Cerdas Malik Fadjar

Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

0 comments: on "Ma Yan Perjuangan dan Mimpi Gadis Kecil"

Post a Comment